Sabtu, 24 Januari 2015

Menangkap Ide

          Sering kali, banyak sekali keinginan yang terpendam di dalam pikiran kita. Sekali melihat karya seseorang yang kita anggap keren atau semacamnya, tentu ada keinginan untuk bisa menjadi seperti si pembuat karya itu. Namun, untuk mewujudkan dalam bentuk nyata, tidak hanya kemampuan (skill) saja yang dibutuhkan, ide dan kemauan juga.
          Setiap hari mata kita tidak terlepas dari pandangan ponsel cerdas. Paling tidak, minimal tiga puluh menit kita gunakan untuk berselancar internet. Tentu saja ada sangat banyak informasi yang ada di dalam internet, bergantung diri kita saja apakah ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya atau tidak.
          Keinginan untuk melahirkan karya melalui tulisan, seperti novel, cerpen, puisi atau semacamnya, ide adalah poin teratas. Baiknya, ketika satu ide saja atau lebih baik lagi jika banyak ide bermunculan di benak kita, bersegeralah tuangkan ide itu dalam bentuk yang kita inginkan. Sebab, setiap waktu berlalu, ide –ide itu selalu silih berganti.
          Namun, ada kalanya ketika kita merasa benar-benar stuck (tertahan tanpa ide berarti), keinginan untuk melanjutkan karya impian itu perlahan terhenti. Kita mulai malas, dan tidak bersemangat untuk melanjutkan karya itu lagi. Inilah hambatan terbesar dalam proses pewujudan karya. Idealnya, kita harus bisa melawan rasa malas demi terwujudnya karya yang kita inginkan. Jika memang benar-benar ingin menyelesaikan karya itu namun ide-ide lain belum bermunculan, jangan paksa diri kita untuk terus melanjutkannya. Hal ini justru akan menekan kinerja otak, dan ide yang benar-benar murni dari dalam diri kita itu akan sulit terlihat. Biarkan pikiran untuk santai sejenak, dan ketika mental dan fisik dirasa cukup untuk menuangkan ide kembali, segeralah melakukannya.
          Bagaimana dengan membuat lagu? Bagi sebagian besar kita yang hanya sebagai penikmat musik, tentu mendengarkan hasil karya orang adalah perkara mudah. Banyak orang menyukai lagu ini, tetapi lagu-lagu yang lain diremehkan sebab mereka menganggap jenis lagu itu tidak sesuai dengan diri mereka. Pada dasarnya, mereka menulis lagu ketika mereka menangkap ide dimanapun, sama halnya ketika kita menemukan ide untuk dituangkan ke dalam karya sastra. Inspirasi itu datang dari mana saja. Mulai dari lingkungan sekitar, kejadian ketika PDKT dengan gebetan, perasaan ketika ‘jadian’ dengan doi, masa-masa kasmaran dengan sang pacar, hingga ketika patah hati sekalipun.

          Lakukan segala cara yang sekiranya baik dan benar untuk menangkap ide. Hal ini berlaku bagi siapa saja yang sedang mewujudkan karya, maupun bagi sebagian orang yang hanya sedang berangan-angan untuk melahirkan karya. Jangan biarkan pikiran tanpa inspirasi memaksamu untuk berhenti menghasilkan karya. Sebab, ketika semangat muncul dari mental dan fisik kita, ide itu akan datang dengan sendirinya.